5 Tips Curhat Agar Tepat Sasaran
Hai, Sobat... tidak semua curhat itu tepat sasaran. Seringkali, curhat justru menambah masalah. Bukannya semakin merasa lega, justru aib kita jadi tersebar kemana-mana. Kan bete, ya? Kita tentu sering bertemu dengan orang yang merasa trauma saat curhat, karena justru merasa masalahnya semakin melebar. Bisa jadi, kamu juga termasuk orang yang merasa enggan curhat, karena punya pengalaman buruk seperti itu.
Hm, baiklah! Kamu bisa saja merasa trauma. Tetapi, memendam masalah, tetapi bukan solusi yang tepat. Kecuali kamu sudah menjadi orang yang sangat kuat dan mampu memecahkan sendiri masalahmu.
Berikut ini adalah beberapa tips agar curhat kita tepat sasaran.
Pertama, pilihlah orang yang tepat
Jangan asal curhat, ya! Banyak kejadian, sesuatu yang menurut kita adalah aib, bagi orang yang mendengar merupakan bahan ngerumpi atau menggosip yang sangat asyik. Betapa sedih kita, orang yang kita percayai, justru menyebarkan konten curhat kita untuk bahan bergosip.
Orang yang tepat itu bagaimana kriterianya? Yang jelas dia harus amanah, tidak pernah terlihat menggosip kesana kemari, bisa menjaga rahasia ... dan yang paling penting lagi: dia berpengalaman dan punya ilmu. Kalaupun dia belum memiliki hal tersebut, yakni pengalaman dan ilmu, misal karena dia juga teman sebaya kamu yang masih sama-sama remaja, minimal dia amanah, bisa menjaga rahasia dan bukan si biang gosip.
Kedua, jangan curhat di medsos!
Sepertinya, kalau kita nulis di medsos, rasanya puas banget ya? Tapi awas, medsos kamu mungkin bisa diakses ribuan orang bahkan lebih. Medsos itu ruang yang sangat riuh, meskipun saat mengetik di gadget, kamu sedang berada di kamar yang sepi. Kamu sendirian di ruang nyata, tetapi kamu ada di tengah kerumunan orang-orang di dunia maya. Orang-orang itu tidak paham konteks sebenarnya. Curhatmu bisa akan menyebar kesana kemari dan permasalahanmu akan semakin melebar.
Ketiga, persiapkan materi apa yang hendak kamu curhatkan
Tidak semua isi hatimu harus diketahui olehnya, kan? Maka, kerucutkan, mana sebenarnya masalahmu yang sebenarnya. Kalau kamu mau curhat soal cinta, ya sebaiknya fokus soal itu. Bukan semua masalah yang kamu miliki kamu tumpahkan semua. Apalagi jika itu menyangkut rahasiamu, rahasia keluargamu dan hal-hal yang masih perlu disimpan dengan sebaik-baiknya.
Keempat, pilih waktu, situasi dan kondisi yang tepat
Orang yang kamu curhati juga manusia, mungkin dia sedang sibuk, capek, letih atau bad mood. Jangan langsung kamu cecar dia tanpa memperhatikan apa sebenarnya yang sedang terjadi dengannya. Kan, kasihan. Kalau misal kamu mau nge-chat dia, ya jangan saat malam ketika jam istirahat. Lebih baik lagi jika kamu bertanya dengan sopan, misal, "Aku pengin ngomongin sesuatu, kamu punya waktu luang nggak?" Eh itu kalau curhatnya sama sahabat kamu. Tetapi kalau sama orang yang lebih tua, tentu kamu bisa menggunakan bahasa yang lebih sopan.
Kelima, batasi waktu
Memang asyik sih, curhat sama orang yang tepat. Kadang, saking asyiknya, jadi lupa waktu. Padahal dia mungkin punya agenda lain. Maka gunakan waktu yang ada seefektif mungkin. Terkait dengan poin 3, jangan melebar kemana-mana. Memang sih, masalah orang itu biasanya memang saling berkait satu sama lain. Tetapi, kamu bisa membuat batasan-batasan, sehingga dalam waktu yang tepat, misalkan sejam, kamu bisa menyampaikan apa pokok permasalahanmu dan dia bisa memberikan usulan solusi sesuai keinginanmu.
Keenam, jangan kecewa jika dia nggak bisa memberi solusi
Kalaupun dia belum bisa memberi solusi, sebenarnya saat kamu curhat, masalahmu sudah terurai, dan mungkin kamu sudah merasa lebih lega. Jadi, jangan malah mengecam dia, misalnya, "Yah sia-sia dong, ngomong sama kamu, nggak ada solusi apapun."
Ketujuh, dekatkan diri kepada Allah SWT
Semua masalah sudah Diukur oleh-Nya. Allah SWT tidak akan membebani sesuatu di luar batas kemampuan seseorang. Jadi, selalulah berpikir optimis dan berdoa agar Allah SWT bisa meringankan beban hidupmu, atau kamu bisa mengatasi problematika hidupmu.
Itulah 7 tips agar curhat kamu efektif alias tepat sasaran. Selamat mencoba!
Penulis: Yeni Mulati (Mahasiswa Magister Psikologi UMS)